BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke
dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial
ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat
dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem
sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur
tersebut berarti telah menyimpang.
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan
Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam
pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan
sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia
tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang perilaku
disorder di kalangan anak dan remaja (Kauffman, 1989: 6) mengemukakan bahwa
perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial.
Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang
tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari
transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya.
Mengenai pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah
sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi
sosial sebagai sumber masalah. Dikatakan oleh (Eitzen, 1986: 10) bahwa seorang
dapat menjadi buruk/jelek oleh karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang
buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya pada masyarakat yang
mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial menjadi
kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah,
sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Di
dalam masyarakat yang disorganisasi sosial, seringkali yang terjadi bukan
sekedar ketidak pastian dan surutnya kekuatan mengikat norma sosial, tetapi
lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial
kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar.
Dalam kurun waktu kurang dari dasawarsa terakhir, kenakalan remaja
semakin menunjukkan trend yang amat memprihatinkan. Kenakalan remaja yang
diberitakan dalam berbagai forum dan media dianggap semakin membahayakan.
Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir ini seperti
perkelahian secara perorangan atau kelompok, mabuk-mabukan, pemerasan,
pencurian, perampokan, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti
narkotik (narkoba).
Kenakalan remaja diartikan sebagai suatu outcome dari suatu proses yang
menunjukkan penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran terhadap norma-norma
yang ada. Kenakalan remaja disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor pribadi,
faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama (Willis, 1994), maupun faktor
lingkungan sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang anak
(Mulyono, 1995).
Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor
penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orangtua sebagai
figur tauladan bagi anak (Hawari, 1997). Selain itu suasana keluarga yang
meninbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang
kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada
masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994) orangtua dari remaja nakal
cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya, menghindari
keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan orangtua terhadap remaja.
Sebaliknya, suasana keluarga yang menimbulkan rasa aman dan menyenangkan akan
menumbuhkan kepribadian yang wajar dan begitu pula sebaliknya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan
diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
a). Apa yang dimaksud
dengan kenakaln remaja?
b). Bentuk-bentuk
kenakalan remaja?
c). Apa yang menyebabkan
terjadinya kenakalan remaja?
d). Bagaimana cara
mengatasi kenakalan remaja?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
1.4
Metode
Penulisan
Dalam memperoleh data
atau informasi yang akan digunakan untuk penulisan makalah ini, penulis menggunakan
metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan mengambil referensi dari
buku-buku dan internet yang relevan dengan topik penulisan makalah ini sebagai
dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
1.5
Ruang
Lingkup
Mengingat keterbatasan
waktu dan kemampuan yang kami miliki, serta sesuai materi yang harus dibahas
dalam makalah ini. Maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada pembahasan
pengertian kenakalan remaja, bentuk-bentuk kenakalan remaja, penyebab kenakalan
remaja, mengatasi kenakalan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang
menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku
tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para
ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun.
Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Kenakalan remaja sering disebut juga dengan Juvenile
Delinquency ialah perilaku jahat (dursila) atau kejahatan anak-anak muda.
Anak-anak muda yang jahat itu disebut juga sebagai anak cacat secara sosial.
Juvenile berasal dari bahasa Latin “Juvenilus”,
artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa remaja dan
Delinquent berasal dari kata Latin “Delinquere” yang berarti terabaikan,
mengabaikan, yang kemudian diperluas lagi maknanya menjadi jahat.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli adalah
sebagai berikut.
1. Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
2. Santrock
“Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai
perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.”
Mengenal siapa remaja dan apa problema yang
dihadapinya adalah suatu keharusan bagi orang tua. Dengan bekal pengetahuan ini
orang tua dapat membimbing anaknya menataki masa-masa krisis tersebut dengan
mulus. Hal ini sangat dirasakan oleh semua karena di bahu remaja masa kini
terletak tanggung jawab moral sebagai generasi penerus, menggantikan generasi
yang ada saat ini. Mereka inilah yang kelak berperan menjadi sumber daya
manusia yang tangguh dan berkualitas, menjadi aset nasional dan tumpuan harapan
bangsa dalam kompetisi global, yang tentunya kian hiruk pikuk di abad ke XXI.
2.2
Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Singgih D. Gumarso
(1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua
kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
1. Kenakalan
yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang
sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hokum.
2. Kenakalan
yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang
dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan
orang dewasa.
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi
kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ;
1. Kenakalan
biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari
rumah tanpa pamit .
2. Kenakalan
yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa
SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.
3. Kenakalan
khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah,
pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam
penelitian.
2.3 Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Perilaku kenakalan remaja bisa disebabkan oleh faktor
dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor
Internal (Dalam)
a. Reaksi
Frustasi Diri
Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi
yang berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri
terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan,
frustasi, ketegangan batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.
b. Gangguan
Pengamatan dan Tanggapan Pada Anak Remaja
Adanya gangguan pengamatan dan tanggapan di atas
sangat mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat.
Gangguan
pengamatan dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran
semua.
Tanggapan anak tidak merupakan pencerminan realitas
lingkungan yang nyata, tetapi berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga
timbul interpretasi dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu
diwarnai harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.
c. Gangguan
Berfikir dan Intelegensi Pada Diri Remaja
Berfikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang
sehat dan adaptasi yang wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga
penting bagi upaya pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika
anak remaja tidak mampu mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak
sesuai dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu.
d. Gangguan
Perasaan Pada Anak Remaja
Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan dan
menentukan sekali besar kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan
bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia.
Jika semua tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.
Gangguan-gangguan
fungsi perasaan tersebut, antara lain :
1) Inkontinensi
emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-ledak, tidak bisa
dikekang.
2) Labilitas
emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan tidak tetap.
Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.
3) Ketidak
pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak tidak
pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.
4) Kecemasan
merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil, dan
dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.
2. Faktor
Eksternal (Luar)
Selain faktor dari dalam ada juga faktor yang datang
dari luar anak tersebut, antara lain :
a. Keluarga
Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan
penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya.
Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan
biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di
mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja.
Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau
ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas
menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai
agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja
melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
b. Lingkungan
Sekolah yang Tidak Menguntungkan
Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak
berfungsi sebagai “sekolah dengar” daripada memberikan kesempatan luas untuk
membangun aktivitas, kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah
tidak membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak.
Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak
harus melakukan kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga
mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis.
Di kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering
mengalami frustasi dan tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu
oleh peraturan yang “tidak adil”. Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan
naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat; tetapi di
pihak lain anak dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem
sekolah dengar.
Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki
dedikasi pada profesi, dan tidak menguasai metodik mengajar. Tidak jarang
profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pengajar hanya berkepentingan dengan
pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan kepribadian anak sama sekali
tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan masalah
mengajar atau mengoperkan informasi belaka.
c. Media
Elektronik
Tv, video,
film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja, padahal
mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya
menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan
yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan
tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang
sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika
remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis.
Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah
ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan
adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi
film-film yang ditontonnya.
d. Pengaruh
Pergaulan
Di usia remaja,
anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema sebayanya. Remaja
mulai betah berbicara berjam jam melalui telepon. Topik pembicaraan biasanya
seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok / cewek yang ditaksir dsb.
Hubungan
sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi
remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan
dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di
sekelilingnya. Semua faktor ini menjadi penyokong dalam pembentukan
kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena pengaruh pergaulan yang
begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman sebayanya
menentukan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan
sadar remaja akan menyeleksi teman pergaulannya.
2.4 Mengatasi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam
menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada
masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu
singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara
sosiologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak
terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya.
Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan
tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi
lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan
sebagainya.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang
tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh
keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan
gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya
harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus
diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan
sebelumnya.
Memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja :
1.
Kegagalan mencapai identitas peran
dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang
telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki
diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2.
Adanya motivasi dari keluarga,
guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3.
Kemauan orangtua untuk membenahi
kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan
nyaman bagi remaja.
4.
Remaja pandai memilih teman dan
lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di
komunitas mana remaja harus bergaul.
5.
Remaja membentuk ketahanan diri
agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada
tidak sesuai dengan harapan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kenakalan remaja adalah suatu outcome dari suatu proses yang
menunjukkan penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran terhadap norma-norma
yang ada. Kenakalan remaja disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor internal
(reaksi frustasi diri; gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja;
gangguan berfikir dan intelgensia pada diri remaja; gangguan perasaan pada anak
remaja), maupun faktor eksternal (keluarga, lingkungan sekolah yang kurang
menguntungkan, media elektronik, pengaruh pergaulan) yang secara potensial
dapat membentuk perilaku seorang anak.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang
tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh
keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan
gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut.
3.2 Saran
1. Dengan mempelajari ini, kita dapat lebih mengetahui apa saja
bentuk-bentuk dan faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Sebagai seorang remaja, kita seharusnya bisa bertanggung jawab atas apa
yang terjadi pada perkembangan kenakalan remaja yang sudah memprihatinkan saat
ini. Oleh karena itu sebagai salah satu bentuk implementasi dari tanggung jawab
tersebut terhadap kenakalan remaja adalah dengan berusaha semaksimal mungkin
menjadi remaja yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Eitzen, Stanlen D. 1986. Social Problems. Allyn and
Bacon inc, Boston, Sydney, Toronto.
Kaufman, James M. 1989. Characteristics of Behaviour Disorders of
Children and Youth. Merril Publishing Company, Columbus, London,
Toronto.
Mulyono, B. 1995. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya. Kanisius, Yogyakarta.
Soerjono, Soekanto. 1988. Sosiologi Penyimpangan.
Rajawali, Jakarta.
Willis, S. 1994. Problema Remaja dan Pemecahannya.
Penerbit Angkasa, Bandung.
http://satriadholan.blogspot.com/2010/11/makalah-kenakalan-remaja-mata-kul.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar